Berita9 (Jakarta) - Kepala Bidang Pelaksanaan Wilayah (Kabidpel Wil) II, Satrio Sugeng Prayitno (kami menjulukinya si baplang) kena batunya. Mengeruk keuntungan dari situasi maraknya pemberitaan kasus korupsi pengaturan pemenang proyek oleh media nasional Berita9, kini Satrio sudah tidak berkitik lagi. Pasalnya, para kontraktor yang selama ini "ngumpet" dibalik ketiaknya, marah besar akibat dibohongi sama si baplang.
Baplang usai, kini muncul kebohongan dilakukan sejawatnya, Kepala Satuan Kerja Wilayah (Kasatker Wil) III, Tirta Nadis (kami menjulukinya si kumis). Mengaku sudah "membunuh" pemimpin redaksi Berita9 melalui perantara dukun dari Samosir. Si kumis sukses menggondol uang hasil iuran 8 kontraktor guna membungkam kami. Dari penelusuran tim, si kumis mengantongi Rp. 400 juta.
Gaya yang dipakai si kumis sama persis dengan si baplang Satrio. Mengaku sudah bertemu dengan Pemred kami dan bersamanya pergi ke wilayah Samosir, Sumatera Utara. Tujuannya menemui dukun yang dipercaya sakti.
Dalam pertemuan dengan dukun itu, si kumis berkhayal bahwa Pemred kami berhasil meminum ramuan yang sudah dibumbui racun yang sangat mematikan. Proses kematiannya itu, masih cerita ilusi si kumis, Pemred kami mati secara perlahan-lahan. Faktanya, situs kami pada waktu beberapa hari yang lalu blank karena perpindahan system. Itu pertanda suasana berkabung, terkait kematian pemimpin kami.
Halunisaai si kumis ternyata mengena dihati para anggota sindikat mafia proyek. Selain uang Rp.400 juta, si kumis juga memeras para kontraktor dengan meminta imbalan dibelikan mobil Pajero Sport untuk kepentingan operasional. Tak tanggung-tanggung, si kumis minta 4 unit mobil. Padahal, mobil itu digunakan si kumis untuk diberikan ke amoy peliharaannya dan menyuap pejabat di Ditjen Bina Marga Kemen PU-Pera (nanti kita akan buka siapa pejabat yang menerima suapan dari si kumis dan Selamet Rasidi sang ketua ISTI alias ikatan suami takut istri)
Bantahan
Cerita karangan si kumis tentu saja membuat kami tersenyum dan mengelus dada. Bagaimana mungkin, pemred kami wafat. Sebab jika itu terjadi, maka itu bukan akibat dari permainan dukun, tapi karena sudah ajal yang ditentukan oleh Allah SWT.
Kami tegaskan disini, pemimpin tertinggi kami dalam keadaan sehat wal'afiat berikut seluruh tim investigasi yang hebat-hebat itu. 1 juta dukun pun jika dikumpulkan jadi satu, Insya Allah tidak akan mampu memberangus dan mematikan kami. Hanya Allah SWT yang mampu mematikan kami. Catat itu Tirta, Satrio, Suparman...!!!!
Selama ini, kami telah tegas, tidak akan bernegoisasi dalam bentuk apapun kecuali mereka mau menerima syarat mutlak yang kami ajukan beberapa waktu lalu. Kami haramkan awak redaksi kami menerima imbalan dari siapapun dan dalam bentuk apapun terkait pemberitaan yang kami lakukan.
Jika ada saja kami mendengar awak media kami bertemu dengan si kumis atau ainsikat mafia lainnya, detik itu juga kami akan pecat dan akan kamimumumkan namanya di situs resmi lembaga pers Indonesia. Bahkan jika menerima imbalan, maka segera kami jebloskan kenpenjara. Camkan itu kumis..!!!
Melihat kelakuan yang sudah diluar akal sehat itu, pantas saja seorang aktivis anti korupsi menjuluki mereka sebagai Berandalan Bajingan Penggemar Jablay dan Narkotika sindiran atas kepanjangan BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) VII Kalimantan.
Yang lebih mengherankan lagi adalah sikap para kontraktor yang mau saja dikibuli si kumis. Secara logika, kontraktor itu adalah orang-orang terpelajar, tapi kenapa mereka tidak menggunakan logika sehat dalam menyikapi gencarnya pemberitaan kami.
Tidak ada satupun dari para bajingan itu yang berani datang ke redaksi kami. Jangankan datang, untuk telpon saja mereka tidak berani.
Mengapa? Karena sebenarnya, si kumis, si baplang dan si comel cuman gede bacot dan bermental tidak lebih sebesar biji tauge. Namun, jika disuruh berkhayal alias membohongi publik, nyali mereka sangat besar, sebesar nafau mereka menzinahi amoy-amoy muda.
Padahal alamat dan nomor telpon kami jelas. Mereka percaya saja dikadali si kumis. Sadarlah wahai para pengusaha, si kumis, si baplang, Kabidpel Wil I, Selamet Rasisi (kami juluki si Isti alias ikatan suami takut istri) Kasatker Wil II, Suparman (kami juluki si bongsor comel) adalah para sindikat proyek yang saat ini sedang dibidik aparat hukum.
Percayalah, riwayat hidup mereka akan segera berakhir dibalik jeruji penjara. Tuduhan yang akan dikenakan tidak main-main, korupsi, tindak pidana pencucian uang dan kasus narkotika.
Sekali lagi, percayalah, pemimpin tertinggi mereka akan segera mengambil tindakan. Sebab, tim kami sudah bertemu dengan pembantu Presiden Jokowi itu. (red/tim investigasi)