Berita9 - Keberangkatan Jokowi ke Singapura tanpa protokoler resmi, disayangkan banyak pihak. Dengan alasan urusan pribadi, Jokowi mengesampingkan protokoler resmi kenegaraan.
Tindakan itu mendapat kritik dari banyak pihak. Pasalnya, sulit dibedakan tindakan Jokowi secara pribadi dan sebagai presiden. Seharusnya, sejak resmi dilantik 20 Oktober 2014 lalu sebagai Presiden, Jokowi adalah simbol negara yang ditempatkan pada posisi istimewa.
Banyak pihak curiga, tindakan Jokowi itu hanyalah sebuah pencitraan belaka. Indikasi ini terlihat dari kelas penerbangan yang diambil ternyata bukan ekonomi, tapi kelas bisnis, bahkan kursi yang tersedia di kelas bisnis itu kebanyakan diisi oleh Paspampres, bukan penumpang biasa.
Dibandingkan dengan Presiden Filipina, Benigno S. Aquino III yang terbang ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda kelas ekonomi, terasa sekali perbedaannya. (lihat foto)
Presiden Filipina, Benigno S. Aquino III sedang bercengkerama dengan penumpang kelas ekonomi tujuan Indonesia, sedangkan satu lagi Presiden Republik Indonesia, Ir H. Joko Widodo dalam penerbangan kelas ekonomi tujuan Singapura. Lihatlah perbedaannya.
Presiden Benigno S. Aquino III begitu total di tengah kerumunan orang Indonesia yg berangkat menuju Jakarta. Folo yg sempat menghebohkan media nasional beberapa tahun silam muncul dalam versi yg kebanyakan diambil oleh salah satu penumpang asal Indonesia.
Tidak ada rekayasa pencitraan, karena Presiden Benigno S. Aquino III tidak membawa serta kru wartawan dalam lawatannya ke luar negeri. Penerbangan kelas ekonomi yg ditumpangi Presiden Benigno S. Aquino III bisa terbilang ala kadarnya, sumpek kalau AC belum dinyalakan.
Bandingkan dengan suasana kabin kelas ekonomi GIA yg ditumpangi oleh Presiden Ir H. Joko Widodo. Kursi depan dan belakang seluruhnya diisi oleh barisan Paspampres.
Anda Presiden RI tuan Jokowi, bukan pelancong apalagi TKI.... Stoplah melakukan pencitraan, pilpres udah usai! Kehormatan Anda sebagai Kepala Negara jauh lebih penting dari apapun motivisanya naik pesawat komersil, kelas ekonomi pula. (red)