Berita9 - Bagi penggemar
surfing, nama pantai Nias pasti sudah tidak asing dan sangat melegenda. Nias adalah surga para pencinta eksotisme pantai dan memiliki atraksi budaya dan seni tradisional yang selalu
mengundang decak kagum setiap pengunjungnya.
Pantai Sorake dan Lagundri adalah dua nama pantai yang sangat melegenda dimata turis asing, atau Perkampungan Tradisional Bawomataluo yang sekarang sedang dalam
proses menjadi desa warisan dunia oleh UNESCO di Kabupaten Nias Selatan,
Ada juga Pulau Asu yang dikenal sebagai “Paradise on the Earth” (Surga Dunia) di Kabupaten Nias Barat yang dulunya berada dalam wilayah Kabupaten Nias.
Tidak kalah pentingnya dengan pantai-pantai itu, keberadaan Kota
Gunungsitoli yang memiliki posisi strategis sebagai Pintu Gerbang
menuju ke-empat Kabupaten lainnya di Pulau Nias karena dua jalur
transportasi vital yakni Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin berada
dalam wilayahnya, namun posisi strategis terebut tidaklah mampu
dimaksimalkan dalam hal meraup jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik
maupun mancanegara. (baca : Bandara Binaka diperluas, ekonomi bisa meningkat)
Bandara Binaka Nias |
Sebagai contoh, kunjungan wisatawan mancanegara, ke
Kota Gunungsitoli adalah 151 orang (tahun 2009), 174 orang (tahun
2010), 182 orang (tahun 2011), 212 orang tahun 2012, dan kunjungan
wisatawan domestik 22.598 orang (tahun 2009), 22.652 orang (tahun 2010),
22.894 orang (tahun 2011), serta 23.530 orang (tahun 2012).
Sementara
di Kabupaten Nias Selatan sendiri wisatawan mancanegara 6.889 orang
(tahun 2009), 440 orang (tahun 2010), 1.250 (tahun 2011), dan wisatawan
domestik 18.078 orang (tahun 2009), 14.442 orang (2010), 14.475 orang
(tahun 2011).
Disini terlihat jelas sekali selisih perbedaan antara
kunjungan wisatawan mancanegara di Gunungsitoli dan Nias Selatan pada
tahun 2009 (6.738 orang atau 4.462%), tahun 2010 (266 orang, atau 152%),
dan tahun 2011 sekitar 316%.
Salah satu sudut Kota Gunung Sitoli |
Dari
data di atas jelas terlihat kesenjangan kunjungan wisatawan (terutama
mancanegara) antara Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Selatan. Sangat
disayangkan karena hingga saat ini Kota Gunungsitoli masih belum mampu
mengokohkan posisinya sebagai pintu gerbang wisata dan memaksimalkan
usahanya dalam menjaring para wisatawan mancanegara ini. Seandainya Kota
Gunungsitoli mampu berbenah dan menangkap peluang ini maka secara
otomatis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan masyarakat Kota
Gunungsitoli akan terdongkrak.
Dalam upaya menjaring wisatawan ke Kota
Gunungsitoli, perlu adanya upaya ekstra keras dan berani tampil beda
dalam memunculkan hal-hal yang baru dengan memanfaatkan dan
mengembangkan potensi yang sudah
ada. Memang kita akui dan sama-sama meng-amini bahwa pesona wisata
pantai dan surfing tidak bisa kita rebut dari Nias Selatan, Nias Barat
dan Nias Utara, namun kita memiliki potensi dan keunikan dalam hal seni
budaya, arsitektur tradisional dan peninggalan bersejarah yang bisa kita
jual.
Disinilah peluang yang dapat kita tangkap tersebut, sehingga
setiap wisatawan dapat merasakan 1 paket spesial bila berkunjung ke
Pulau Nias yakni menikmati wisata bahari di salah satu dari ke-3
kabupaten serta wisata adat dan budaya di Kota Gunungsitoli.
Rumah Adat di Nias Barat |
Bercermin
dari kota Medan yang juga merupakan pintu gerbang dan tempat transit
wisatawan asing menuju daerah tujuan wisata di Sumatera Utara (Pulau
Nias, Danau Toba, Berastagi, Langkat) yang sebenarnya tidak memiliki
objek wisata yang ditawarkan untuk menggaet wisatawan agar tinggal
beberapa hari di sana.
Namun
Pemko Medan menyadari hal ini dan menjual potensi wisata kota tua
(bangunan kuno, istana maimun dan mesjid raya) sebagai ikon wisatanya
serta menjalin kerjasama (bahkan mengharuskan) agen-agen travel dalam
menggiring wisatawan untuk singgah dan berbelanja di kota Medan sebelum
melanjutkan perjalanannya ke DTW lainnya.
Lompat batu salah satu budaya yang sudah mendunia |
Salah satu program yang harus dilakukan dalam
menggaet wisatawan adalah dengan memaksimalkan potensi budayanya. Hal
ini dilakukan dengan melakukan pertunjukan budaya secara rutin dan masuk
dalam kalender wisata nasional. (red)