Berita9 - Bagaimana kita menyebut tindakan Zionis Israel yang menutup Masjidil Aqsa dan melarang umat Islam melaksanakan shalat di dalamnya?
(baca juga : Netanyahu Dalang Kerusuhan di Arab)
Penutupan
Masjidil Aqsa itu berlangsung pada 30 Oktober lalu. Tindakan --
penutupan dan pelarangan umat Islam melaksanakan shalat di masjid yang
menjadi kiblat pertama umat Islam -- ini merupakan yang pertama sejak
Zionis Israel menjajah Tanah Palestina sekitar 47 tahun silam.
(baca juga : Israel Lakukan Genosida)
Kini
tempat suci ketiga umat Islam itu
memang sudah dibuka kembali setelah mendapat tekanan dari Raja Yordania
Abdullah ketika bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin
Netanyahu dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry di Yordania beberapa
hari lalu. Namun,
tidak ada jaminan bahwa Masjidil Aqsa akan terus terjaga kesuciannya
dari penodaan tangan-tangan kotor Zionis Israel.Lihatlah apa yang telah
mereka lakukan sejak menduduki Madinatu al-Quds (Jerusalem Timur) pada
1967.
(baca juga : Zionis Israel Tembak Mati Petani Palestina)
Penodaan demi penodaan terhadap kiblat pertama dan tempat suci ketiga umat Islam itu terus mereka lakukan. Dari upaya pembakaran dan
penggalian terowongan hingga konser musik di halaman Masjidil Aqsa yang
sengaja mereka gelar persis pada waktu-waktu shalat umat Islam.
Pembakaran
Masjidil Aqsa telah dilakukan oleh seorang Yahudi bernama Denis Michael
Rohan pada 1969. Pada waktu itu sejumlah bangunan masjid -- termasuk
mihrab -- berhasil dibakar. Beruntung api sempat dipadamkan oleh jamaah
shalat sebelum menjalar dan menghanguskan seluruh bangunan masjid.
(baca juga : Insiden Al Aqsha, Yordanis tarik pulang Dubesnya)
Tindakan Rohan telah menyulut kemarahan umat Islam dan menjadi pemicu
lahirnya Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang kemudian berganti nama
menjadi Organisasi Kerja Sama Islam. Organisasi ini kini beranggotakan
57 negara Islam (berpenduduk mayoritas Muslim).
(baca juga : Situasi Terkini di Gaza)
Sementara
itu, sejak 1970-an Zionis Israel telah menggali terowongan persis di
bawah Masjidil Aqsa dari sisi selatan dan barat. Kini sebuah terowongan
besar berada di bawah ruangan ibadah wanita serta sebuah terowongan yang
mengarah dari timur ke barat di bawah masjid. Pada 2007, Departemen
Arkeologi -- di bawah Kementerian Agama Israel -- menggali situs yang
dikatakannya sebagai ‘mencari peninggalan arkeologi Yahudi’.
(baca juga : Swedia Akui Kemerdekaan Palestina)
Berbagai
penggalian di bawah dan di sekitar Majidil Aqsa ini telah membuat marah
para pemimpin Islam. Mereka menuduh Israel telah dengan sengaja ingin
menghancurkan pondasi dari masjid yang menjadi tempat suci umat Islam
ini. Namun, sebagaimana biasanya Zionis Israel cuek bebek saja terhadap protes-protes para pemimpin negara-negara Islam tersebut.
Sebagai
reaksi dari protes-protes tersebut, terutama yang sering dilakukan oleh
warga Palestina, pemerintah Zionis Israel justeru membatasai jamaah
yang diperbolehkan masuk Masjidil Aqsa. Misalnya, hanya jamaah wanita
dan orang tua saja yang diizinkan melaksanakan ibadah di masjid yang
menjadi kiblat pertama umat Islam itu. Namun, yang lebih sinting lagi Pemerintah Israel kini mengizinkan pagelaran konser-konser musik secara rutin di halaman sekitar masjid yang waktunya persis pada waktu-waktu umat Islam melaksanakan shalat.
Kembali
ke pertanyaan di awal tulisan ini, bagaimana kita menyikapi penodaan
demi penodaan yang dilakukan Zionis Israel terhadap Masjidil Aqsa
tesebut, yang pencaknya berupa pelarangan bagi umat Islam untuk memasuki
kiblat pertama umat Islam itu?
(baca juga : Gawat, Mesir siap Serang Militan)
Mahmud
Habbash, hakim agung Palestina dan penasihat Presiden Palestina untuk
urusan agama menyebutkan, tindakan Zionis Israel terhadap Masjidil Aqsa
sudah pada taraf membahayakan. Ia menuduh Israel ingin menguasai
sepenuhnya tempat suci umat Islam tersebut. Menurutnya, PM Netanyahu
telah menyeret konflik Israel-Palestina yang semula konflik politik
menjadi konflik agama. Netanyahu, katanya, kini telah menyeret Israel
harus berhadapan dengan seluruh umat Islam.
Presiden
Palesina Mahmud Abbas menegaskan, semua tempat suci umat Islam dan
Kristiani di Madinatu al-Quds adalah garis merah yang tidak boleh
disentuh. Penutupan dan pelarangan umat Islam memasuki Masjidil Aqsa
oleh Israel, katanya, jelas menunjukkan bahwa Pemerintah Israel telah
menabuh gendang perang terhadap seluruh umat Islam.
Sheikh
Azzam Khatib, kepala Lembaga Wakaf Islam di Al Quds, mengatakan
penodaan demi penodaan yang dilakukan Zionis Israel tidak boleh
dibiarkan. Ia menyebutkan, penutupan Masjidil Aqsa bila terulang kembali
maka akibatnya akan sangat dahsyat. Seluruh umat Islam, lanjutnya, akan
rela mengorbankan nyawanya demi membela tempat sucinya.
Sedangkan saya menyebutkan bahwa penodaan dan penutupan Masdidil Aqsa oleh Zionis Israel adalah ngledek atau meledek. Ya, Zionis Israel ingin meledek umat Islam.
Meledek
sinonimnya adalah mencela, mencemooh, menertawakan, mengejek, menghina,
mengolok-olok, melecehkan, meremehkan, merendahkan, dan mencibir. Dalam
arti seperti ini, ledek-meledek adalah menyangkut harga diri.
Dalam
keseharian, orang yang diledek biasanya marah yang dinyatakan dalam
tindakan. Jenis tindakannya tergantung pada karakter dan kepribadian
masing-masing.
Yang
menyedihkan, dalam kasus penodaan Masjidil Aqsa oleh Zionis Israel,
terutama penutupan dan pelarangan umat Islam memasuki masjid yang
menjadi tempat sucinya, hampir tidak ada pemimpin dan umat Islam yang
marah. Penodaan terhadap Masjidil Aqsa sepertinya dianggap hal biasa.
Penutupan masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam seolah sudah
dianggap hanya persoalan bangsa Palestina. Bukankah yang menuntut
Madinatu al-Quds (Jerusalem Timur) sebagai ibu kota adalah bangsa
Palestina?
Bila
hal ini yang terjadi, saya khawatir Zionis Israel akan justeru
semena-mena menguasai dan menghancurkan Masjidil Aqsa untuk diganti
dengan kuil-kuil dan tempat peribadatan mereka. Berikutnya, kiblat
pertama umat Islam dan tempat suci ketiga bagi umat Nabi Muhammad ini
akan semakin jauh dari pelukan kita.
( sumber : Ikhwanul Kiram Mashuri/ ROL )