Berita9 - Gubernur Jawa
Tengah Ganjar Pranowo minta pemerintah pusat bersikap terbuka terkait
dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi agar
ada kepastian pada masyarakat. (baca : Pemerintah bebaskan pengusaha untuk tidak naikkan upah )
Menurut dia, kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat
atas kenaikan harga BBM bersubsidi lebih baik diarahkan ke hal-hal yang
produktif seperti pupuk, benih, irigasi, dan pembangunan bendungan. (baca : BBM naik, Muhammadiyah siap terjunkan massa )
Ganjar menyatakan tidak setuju dengan kebijakan pemerintah
sebelumnya yang memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada
masyarakat sebagai kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Kalau (pemberian kompensasi kenaikan harga BBM, red) nanti
dengan BLT lagi bisa bahaya karena BLT itu masalah, maka saya ingatkan
pemerintah jangan diulangi lagi," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Ganjar menilai, pemberian BLT kepada masyarakat tidak mendidik,
penyalurannya tidak pernah berjalan baik, serta berpotensi menimbulkan
korban jiwa pada saat pembagian. Menurut dia, jika pemberian kompensasi kenaikan harga BBM
bersubsidi kepada masyarakat bisa dilakukan secara konkret maka Pemprov
Jateng bisa ikut menjelaskan kepada masyarakat apa yang dihadapi
pemerintah pusat sekarang. (baca : Bulan "Madu" Pendukung Jokowi Terancam Berakhir )
"Ini (harga BBM bersubsidi, red) akan dan masyarakat pasti akan
mendapat A, B, C, D, dan yang paling penting adalah naiknya berapa.
Harganya berapa, serta berapa jumlah uang yang akan dibagi untuk
masyarakat," katanya.
Ganjar mengungkapkan bahwa ketidakjelasan rencana pemerintah
menaikkan harga BBM bersubsidi juga menyulitkan proses penetapan upah
minimum kabupaten/kota (UMK) 2015 di Provinsi Jateng.
"Penyusunan besaran UMK saat ini belum memerhitungkan kenaikan
harga BBM dan harga kebutuhan pokok yang mengikutinya," ujarnya.
Terkait dengan hal itu, Ganjar mengaku sudah berbicara dengan
Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Tenaga Kerja untuk
berhati-hati dalam menyiapkan ini karena waktunya sudah 'mepet' dan
berdekatan dengan penetapan UMK 2015.
"Kalau pemerintah pusat masih ragu-ragu menaikkan harga BBM bersubsidi, tolong kami diajak bicara," katanya.
"Kalau pemerintah pusat masih ragu-ragu menaikkan harga BBM bersubsidi, tolong kami diajak bicara," katanya.