Berikut jurus-jurus “wiro sableng” anggota sindikat mafia proyek :
1. Satrio menginstruksikan agar segera menutup rekening tersebut dan mengambil seluruh uangny. Setelah itu segera mencari familinya yang sudah wafat agar diklaim sebagai harta hibah dari familinya yang wafat itu.
2. Untuk sementara, semua kutipan yang berasal dari 7 pengusaha itu, dibayarkan secara cash dan ditampung disebuah tempat.
3. Afeng dan Leo diinstruksikan mencari saudaranya yang kaya raya atau koneksinya agar dibuatkan pernyataan bahwa uang yang ada selama ini adalah hasil berhutang.
4. Seluruh pejabat terkait yang memiliki mobil lebih dari dua unit, untuk segera dijual dan menyederhanakan hidup, termasuk menutup semua rekening yang terdapat aliran dana hasil fee proyek.
5. Khusus untuk Punto (PT. BCK) akan dipastikan mendapatkan pekerjaan walaupun nama pemenang dalam tender adalah perusahaan lain, karena Satrio, Suparman, Tirta Nadis dan Suherman sudah mengatur sistem pinjam bendera dengan perusahaan lain.
6. Guna mengelabui pemeriksaan pihak hukum atau Inspektorat Jenderal Kemen PU-Pera, maka tidak semua perusahaan yang selama ini menjadi peliharaan mereka dicantumkan dalam pengumuman lelang. Namun, perusahaan yang tercantum itu hanyalah pinjam bendera, sedangkan pekerjaan semuanya tetap dilaksanakan oleh 7 perusahaan peliharaan tersebut.
7. Memerintahkan kepada Suparman untuk menyiapkan draft pernyataan untuk ditandatangani oleh para amoy bahwa wanita-wanita panggilan seolah-olah tidak pernah melakukan perbuatan yang dimuat di media nasional ini. Setiap amoy yang menandatangani surat pernyataan diberi uang tips masing-masing Rp. 15 juta. Punto dan Leo Tabrani diperintahkan untuk menalangi, pembayarannya dipotong dari fee proyek.
8. Satgas sepakat akan membuat sebuah rumah dengan luas tanah minimal 1000 meter persegi dan bangunan standart hotel dengan kamar berjumlah 8 – 10 buah. Rumah tersebut nantinya dijadikan markas mereka untuk pesta foya bersama para amoy dibarengi dengan pesta narkoba dan minuman keras. Untuk pendanaan, Leo Tabrani dan Afeng diperintahkan untuk menalangi, pembayarannya dipotong dari fee proyek.
9. Suparman, Tirta Nadis, Suherman diperintahkan untuk mencari koneksi dilingkungan aparat hukum dengan cara mentraktir main golf.
Pahlawan Satrio
Dalam rapat tersebut, terlihat yang menjadi “pahlawan” adalah Satrio. Pasalnya, dengan pongah dia mengklaim sangat dengan politisi senior PDIP Pramono Anung. Selain itu, Satrio juga mengklaim sudah menghubungi rekan semasa SMA yang kini berprofesi sebagai ahli IT atau biasa disebut hacker untuk menghancurkan media nasional Berita9. Menurut dia, kawannya itu jebolan IT dari Jepang.
Rapat juga mendengarkan paparan Satrio yang katanya sangat mampu melobi anggota DPR Komisi V terkait penambahan anggaran sebesar Rp. 500 milyar. Namun, Satrio mematok angka 10 persen sebagai komisi dia secara pribadi. Setelah paparan Satrio, giliran Punto dan Leo yang dengan meyakinkan menyatakan sudah menghubungi mantan preman Anton Medan untuk membasmi awak redaksi Berita9 dan media-media lainnya jika berani memberitakan borok sindikat mereka.
Khusus untuk para amoy, rapat menyetujui supaya semua amoy disediakan nomor yang hanya bisa dihubungi oleh mereka saja. Selain nomor handphone, gadget semua amoy diganti baru yang setiap enam bulan sekali akan diupgrade dengan edisi terbaru lagi berikut dengan nomornya. Para amoy nantinya diminta lebih berhati-hati jika menerima telepon dari nomor yang mereka tidak kenal.
Masih dirapat tersebut, Satrio memaparkan uang kas yang selama ini dihasilkan dari kutipan proyek dari 7 perusahaan itu telah dikeluarkan untuk membayar untuk :
- Ditjen Rp. 5 milyar(khusus untuk Ditjen ditulis berdasarkan pengakuan Satrio-red)
- Ir.ANDA Rp. 5 milyar,
- Kepala Balai Rp. 1,5 milyar,
- Kepala Pelaksana Rp. 3 milyar,
- Pembayaran untuk para amoy 4 hari 4 malam Rp. 1,6 milyar,
- Jaksa (entah siapa namanya karena Satrio hanya menyebut kata Jaksa) Rp. 300 juta,
- Kejati (ini juga tidak disebut siapa namanya sebab Satrio hanya menyebut jabatan Kejati) Rp.1 milyar dan,
- Menyuap redaksi Berita9 Rp. 500 juta. Dalam pengakuannya, Berita9 menerima dalam empat termin, pertama Rp. 75 juta dan kedua Rp. 50 juta yang kedua-duanya diserahkan di Pontianak. Termin ketiga Rp. 75 juta yang diserahkan di Senayan City, Jakarta dan termin terakhir Rp. 300 juta di dekat kantor redaksi kami.
- Dan terakhir, masih klaim Satrio, dia juga telah membungkam Komisioner KPK Bambang Widjojanto sebesar Rp. 2 milyar agar tidak mengerahkan tim ke Kalbar.
Akal Bulus Satrio
Satrio boleh saja berbicara, tetapi klaim dia telah menyuap Bambang Widjojanto dan Berita9 merupakan kabar dusta yang sebenar-benarnya dusta. Awak media nasional mengenal betul bagaiman intregitas, kapabilitas, loyalitas dan indenpendensi Bambang. Tidak akan mungkin beliau bisa disuap oleh siapapun.
Komitmen Bambang terhadap penegakkan hukum tidak perlu diragukan lagi. Mantan Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia itu dikenal sebagai pribadi yang santun, taat beribadah, sederhana dan sangat sangar dengan koruptor atau pelanggar hukum.
Begitu juga dengan Berita9, teramat sangat mustahil kami bisa disogok oleh orang semacam Satrio dan sejenisnya. Kami tetap berkomitmen akan tetap menjadi garda terdepan membongkar kasus sindikat mafia proyek yang telah merampok uang rakyat. Sebelum mereka masuk penjara, kami tidak akan pernah berhenti membongkar borok busuk mereka semua...!
Dilihat dari pola yang dimainkan Satrio, sebenarnya itu hanyalah sebuah akal bulus belaka. Dibalik hebohnya pemberitaan media nasional yang membongkar aib mereka, Satrio memanfaatkan ini sebagai sebuah pendapatan pribadinya.
Tidak mustahil, sejuta klaim itu hanyalah sebuah siasat untuk mengakali para cukong pengusaha yang selama ini menjadi peliharaan mereka. Buktinya, para cukong dan anggota rapat lainnya tidak tahu persis lokasi dimana Satrio menyerahkan suapan itu dan Satrio tidak mengeluarkan bukti telah mengeluarkan uang bancakan tersebut. Kita simpulkan, para cukong sebenarnya diakali Satrio. (red/tim investigasi)