Berita9 - Tahun 2015 merupakan tahun terberat bagi pengusaha makanan dan minuman, menyusul keputusan pemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Votalitas harga energi dan fluktuasi rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar Amerika Serikat yang diyakini para pengusaha sebagai dua hal terberat yang harus dilalui dalam tahun Kambing Kayu ini.,
"Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha makanan dan minuman untuk bertahan di tahun 2015 ini," kata Adhi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) di Jakarta, Sabtu (03/01).
Pengusaha yang tergabung dalam Gapmmi, lanjut Adhi, akan mewaspadai harga dan ketetapan pemerintah perihal harga bulanan BBM. Itu semua akan menjadi catatan pentinga bagi industri untuk mempertimbangkan faktor-faktor tersebut sebelum menaikkan harga atau mengambil langkah strategis lainnya.
Adhi menjelaskan, khusus di industri makanan dan minuman, pengusaha telah mempertimbangkan dengan cermat kebijakan pemerintah tersebut yang menjadi dasar utama para pengusaha menaikkan harga produksinya kenkonsumen.
"Kami kemungkinan akan menaikkan harga ke konsumen pada kisaran 10 hingga 15 persen, dengan pertimbangan kenaikan BBM, upah pekerja, tarif dasar listrik, dan juga biaya-biaya lain yang terkena dampak," ujarnya.
Menurut Adhi, perdebatan mengenai penghapusan subsidi BBM dan listrik sebenarnya sudah lama berlangsung. Bahkan, Gapmmi dan Kadin Indonesia telah lama mengusulkan kebijakan itu agar ada ruang fiskal untuk memperbaiki infrastruktur logistik.
"Kebijakan ini bisa kami terima asalkan dana penghematannya dialihkan untuk membenahi infrastruktur logistik dan supply chain, karena ini penting untuk menurunkan biaya distribusi," katanya.
Namun kata Adhi, Gapmmi berharap, pembenahan infrastruktur yang saat ini menjadi perhatian serius pemerintah, akan berjalan sesuai rencana. Sebab, dampak positif dari pembenahan infrastruktur ke distribusi barang dan jasa bisa terasa pada tahun depan sehingga produsen tidak perlu lagi menaikan harga jual.
Kata Adhi, walaupun situasi 2015 akan dirasa berat, namun Gapmmi memperkirakan industri makanan dan minuman akan tetap tumbuh pada kisaran 8 persen pada tahun 2015 ini.
"Kami konservatif karena potensi sebenarnya bisa lebih dari itu, bisa 10 persen, kalau kondisinya lebih baik," ujarnya. (red/hwi)